BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Prof.
Langever mengemukakan teantang batasan pendidikan, bahwa pendidikan ialah suatu
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak usia dini yang belum
dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan (H. Buhanuddin Salam, 2002: 3).
Dari dasar pendapat itu saya sebagai pengamat bahasa dapat mendewasakan cara
berbahasa anak usia dini usia dini karena Bahasa Indonesia memiliki peranan
penting bagi masyarakat sebagai alat komunokasi. Selain itu, bahasa Indonesia
juga merupakan suatu media untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam semua bidang pendidikan.
Pembelajaran bahasa diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa anak usia dini usia dini yang meliputi keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut memiliki
peran yang sama penting bagi anak usia dini usia dini untuk menguasai
keterampilan berbahasa Indonesia.
Kemampuan bahasa anak
usia dini dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu kemampuan reseptif
(receptive skills) dan kemampuan
produktif (productive skills). Kemampuan membaca dan mendengar termasuk
dalam kategori pertama sedangkan kemampuan menulis dan mambaca termasuk dalam
kategori ke dua.
Salah
satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya
melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya
adalah keterampilan berbicara dalam proses komunikasi di tengah-tengah
pergaulan dan interaksi sosial. Dengan menguasai keterampilan berbahasa lisan, anak usia
dini usia dini akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas
sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbahasa. Keterampilan
berbahasa lisan juga akan mampu
membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan
atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami.
Mengingat pentingnya pemahaman kalimat
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah (khususnya umur enam sampai
tujuh), maka peran seorang pemerhati bahasa sangat diperlukan. Berdasarkan
kenyataan itulah yang mendorong peneliti untuk mencoba melakukan kajian tentang cara meningkatkan
keterampilan berbahasa lisan melalui berbicara dan bercerita.
1.2.
Rumusan
Dan Batasan Masalah
1.2.1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang di hadapi
dalam peningkatan keterampilan berbicara pada anak usia dini
usia dini sebagai berikut :
1.2.1.1.Kurangnya
tingkat keaktifan anak usia dini untuk menceritakan pengalamannya.
1.2.1.2.Bagaimanakah
usia dini peningkatan keterampilan bercerita melalui pendekatan kominikatif
anak usia dini usia dini
1.2.1.3.Apa saja strategi dalam
pembelajaran berbahasa lisan?
1.2.1.4.Bagaimana penerapannya dalam
kegiatan berbicara dan dramatisasi kreatif?
1.2.1.5.Apa manfaat keterampilan
berbahasa lisan?
1.2.2.
Pembatasan Masalah
Dalam batasan masalah ini saya
akan membatasi masalah dalam proposal yang kami buat tentang ruang lingkup
kajian keterampilan berbahasa lisan dan membiasakan anak usia dini berbahsa lisan melaui berbicara
dan bercerita dan memberikan kepercayaan diri anak usia dini agar tidak kaku
berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia.
1.2.3.
Rancangan Pemecahan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah
yang dikemukakan diatas maka untuk mengatasi masalah tersebut peneliti
melaksanakan usia dini sebuah metode deskriptif sinkronis.
1.3.
Tujuan
Penelitian
Setiap
penelitian tentunya mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta/ peristiwa yang
terjadi di lapangan / obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini ada dua tujuan
yang diharapkan yaitu:
·
Untuk
mengetahui strategi apa saja yang bisa dilakukan dalam pembelajaran berbahasa
lisan.
·
Untuk
mengetahui penerapannya dalam kegiatan berbicara dan dramatisasi kreatif.
·
Untuk
mengetahui manfaat keterampilan berbahasa lisan.
1.4.
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian
proposal di atas maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut. Manfaat
penelitian ini terdiri dari dua, yaitu: (1) manfaat teoritis, (2) manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat teoritis.
Secara teoristis, penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam pembelajaran bercerita pada anak usia dini usia
dini SMP/ MTs, serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangkan materi
pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan SMP/ MTs khususnya kelas
VII.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi pemerhati bahasa
Dengan
dilaksanakan usia dini penelitian ini, pemerhati bahasa dapat mendeskripsikan
kualitas pembelajarannya. Di samping itu, dengan melakukan penelitian ini,
pemerhati bahasa akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang sangat
bermanfaat untuk mrningkatkan profesianalnya sebagai seorang pemerhati bahasa
dan juga demi perbaikan pembelajaran, serta karirnya sebagai seorang pemerhati
bahasa.
Memberikan masukan yang bersifat praktis tentang upaya peningkatan kualitas
hasil pembelajaran.
2. Bagi anak usia dini usia dini
Penelitian
ini akan bermanfaat bagi anak usia dini
·
untuk
sarana pembelajaran bahasa dalam hal kemampuan berbicara dan bercerita.
·
Dapat meningkatkan kemampuan membaca.
·
Dapat meningkatkan dan membentuk
kemampuan anak usia dini usia dini berkomunikasi dalam menggunakan Bahasa
Indonesia yang mencakup 4 keterampilan
berbahasa yaitu : menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk kegiatan
penelitian-penelitian selanjutnya yang sesuai atau relevan dengan topik
penelitian ini.
1.5.
Metode
Penelitian
Dalam
penulisan proposal ini saya sebagai penulis menggunakan metode daftar pustaka,
mencari dari berbagai media, baik dari media elektronik maupun media cetak.
0 comments:
Post a Comment